Administrator
Program Studi Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran Jadikan Tema "Resiliensi Budidaya Rumput Laut Pasca Kejadian Tumpahan Minyak" untuk implementasi model MBKM
Oleh: Tim RKMU Prodi Ilmu Kelautan UNPAD
Rumput laut merupakan salah satu komoditas ekonomi biru Indonesia. Tingginya aktivitas ekonomi di wilayah pesisir dan laut Indonesia memberikan tantangan terhadap keberlanjutan budidaya rumput laut. Salah satunya adalah pencemaran tumpahan minyak di Perairan Karawang pada tahun 2019. Kejadian tersebut telah memberikan dampak negatif terhadap ekosistem perairan hingga ke Kabupaten Serang. Wilayah ini merupakan salah satu sentra penghasil rumput laut Provinsi Banten. Cemaran tumpahan minyak tersebut mengharuskan para petani rumput laut untuk panen massal sebelum waktunya di tahun 2019 silam.
Sejak awal Juli hingga Desember 2022, Program Studi Ilmu Kelautan (Prodi IKL)-Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Padjadjaran (FPIK Unpad) bekerja sama dengan Dinas Ketahanan Pangan dan Perikanan Kabupaten Serang (DKPP Kabupaten Serang) dan MERO Foundation melakukan kajian Riset Kampus Merdeka (RKMU) di Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, Banten. Desa Lontar dipilih sebagai lokasi penelitian karena merupakan salah satu daerah desa sentra budidaya rumput laut yang masih bertahan pasca tumpahan minyak.
Riset yang bertemakan ´Resiliensi Budidaya Rumput Laut Pasca Kejadian Tumpahan Minyak Sebagai Model Problem-Based Learning Kurikulum Kampus Merdeka` merupakan bagian dari implementasi model pembelajaran berbasis masalah. Riset ini menjadi pilot project Prodi Ilmu Kelautan FPIK UNPAD dalam pengembangan model pembelajaran berdasarkan masalah ekologi dampak tumpahan cemaran minyak secara komprehensif melalui serangkaian gabungan penelitian dari berbagai sisi (kualitas air dan oseanografi, konservasi dan resiko ekologi manusia) untuk menjawab tantangan kebutuhan penelitian dalam metode pembelajaran yang berangkat dari masalah di masyarakat.
Kegiatan riset ini diikuti oleh 15 mahasiswa, tim dosen dan peneliti dari ketiga lembaga. Riset ini bertujuan mengumpulkan data fisika, kimia, ekosistem pesisir serta mikrobioma di lokasi budidaya rumput laut yang terdampak tumpahan minyak. Analisis aktivitas sosial yang dapat memberikan tekanan lingkungan juga dilakukan, untuk sumber polutan lain yang dapat mempengaruhi resiliensi budidaya rumput laut di wilayah Lontar.
Secara umum, parameter fisika dan kimia perairan Lontar masih sesuai untuk kegiatan budidaya rumput laut. Sebaran suhu permukaan yang didapatkan melalui pengukuran berkisar 28-31°C, sedangkan salinitas permukaan perairan Pantai Lontar memiliki rata-rata yang cukup tinggi, yakni berkisar antara 30 - 33 PSU. Berdasarkan pola pasang surut yang diamati pada wilayah perairan Pantai Lontar menunjukkan tipe diurnal tide. Parameter lainnya seperti Dissolve Oxigen (DO) dan pH memiliki rentang 4-9 mg/L dan 7-8.
Namun, resiliensi budidaya rumput laut di wilyah ini dalam jangka panjang perlu mendapatkan perhatian dari aspek ketahanan dan keamanan pangan. Data analisis hidrokarbon menunjukkan keberadaan hidrokarbon di sedimen dengan kisaran nilai 89.05 - 90.75 mg/kg. Hasil ini menunjukkan potensi cemaran hidrokarbon yang dimungkinkan berasal dari sisa tumpahan minyak 2019 yang telah mengendap ataupun dari kapal-kapal nelayan yang melintas dan sandar di pantai Lontar.
Selain hidrokarbon, perairan Lotar juga mendapat tekanan pencemaran limbah domestik dan sampah yang perlu mendapatkan penanganan. Tekanan ini secara signifikan diindikasikan pleh data mikrobioma perairan yang diambil dari sampel rumput laut, sedimen, dan air laut. Bakteri-bakteri berpotensi patogen untuk manusia maupun organisme laut di perairan pantai Lontar seperti Vibrio harveyi (Taxa ID: 717610) merupakan spesies dominan yang hadir di ketiga sampel (dengan persentase antara 21-43%). Bakteri V. harveyi diketahui merupakan salah satu patogen yang sering menyebabkan penyakit pada organisme akuatik, terutama ikan dan invertebrata laut (Zhang et al 2020). Ledakan populasi V. harveyi di perairan tambak sering menjadi penyebab kejadian gagal panen beberapa spesies udang dan komoditas marikultur yang lain (de la Pena et al 2001, Zhang et al 2020). Kemunculan patogen di suatu perairan pada umumnya berkaitan dengan penurunan kualitas perairan. Selain Vibrio, di level Genus, Photobacterium juga dominan ditemukan di ketiga sampel. Seperti halnya Vibrio, sebagian spesies anggota genus Photobacterium juga merupakan patogen, yang sering menyebabkan penyakit pada organisme laut dan komoditas marikultur seperti Kakap dan Bawal (Abdel-Aziz et al 2013; Essam et al 2016).
Riset Resiliensi Budidaya Rumput laut di Kabupaten Serang ini diharapkan dapat menjadi aksi nyata pembelajaran era MBKM karena pentingnya mahasiswa untuk melihat dan mengaplikasikan keilmuan yang sudah didapatkan dalam kelas. Penggunaan dalam matakuliah Oseanografi Fisika, Sedimentologi, Geoinformatika, Penginderaan Jauh, Bioinformatika, Mikrobiologi Laut, Pencemaran laut, dan juga Isu Strategis Kelautan untuk menjawab permasalahan masyarakat. Selain sebagai bahan pembelajaran untuk beberapa matakuliah yang ada pada Prodi IKL Unpad, hasil riset ini sedang disusun menjadi manuskrip agar bisa dipublikasi dan bermanfaat sebagai studi literatur bagi kalangan peneliti dan juga stakeholders lainnya.
Dokumentasi tim RKMU: pengambilan data fisika dan ekosistem di lokasi budidaya rumput laut Desa Lontar, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang